LOTENG,LITERASI-Siapa yang tidak kenal dengan buah pala. Buah yang masuk dalam kategori rempah- rempah ini rupanya tidak hanya bisa dijadikan sebagai bumbu dapur. Akan tetapi bisa juga dibuat menjadi berbagai produk makanan olahan dan minuman yang berkhasiat tinggi.
Jika anda berkunjung dan berwisata di Lombok maka jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi dan merasakan sensasi beragam pangan dan minuman berbahan baku buah pala, yang menghangatkan dan menyehatkan.
Produk camilan buah Pala sudah dipasarkan diberbagai pusat oleh-oleh di NTB. Beberapa diantaranya adalah manisan pala, serbat pala, teh pala dan bubuk pala. “Disamping lezat, juga menyehatkan,” ujar perintis dan pengrajin produk camilan khas buah pala Sudiarti Yuliani warga Mantang kecamatan batukliang Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat di kediamannya, baru-baru ini.
Sudiarti Yuliani mengolah buah pala menjadi berbagai produk makanan dan minuman. Daging buah diolah menjadi manisan, kulit dan bunga diolah menjadi teh celup, sementara biji pala dijadikan sebagai bumbu dapur. “Mulai dari kulit hingga biji semua kami olah. Tidak ada yang dibuang percuma,” katanya.
Ide mengolah buah pala ini muncul karena belum banyak orang mengetahui potensi buah pala itu sendiri. “Padahal semua bagiannya bisa diolah menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomi,”terangnya.
Ibu tiga orang anak ini mengaku, masih banyak masyarakat di wilayahnya yakni Batukliang Lombok tengah yang tidak mengetahui manfaat buah pala. Sehingga ketika panen, hanya bijinya saja yang mereka olah.”Selebihnya dibuang percuma, padahal buah pala ini punya banyak manfaat terutama untuk kesehatan,”kata Sudiarti.
Produk olahan pala yang menjadi andalannya adalah manisan pala. Dimana produk ini masih jarang ditemukan khususnya di NTB.”Manisan pala ini masih jarang orang buat. Bisa dibilang masih langka dan tidak ada pesaing. Makanya saya kepikiran buat inovasi sendiri. Kalau orang bisa buat teh kelor, kenapa saya tidak bisa,” ujarnya bersemangat.
Proses pembuatan manisan pala ini menurut Sudiartini terbilang cukup rumit. Buah pala yang sudah dikupas kemudian ditumbuk, lalu diberikan taburan gula pasir diatasnya untuk kemudian dijemur ditengah terik matahari, selama satu minggu.”Kalau kondisi cuaca sangat terik cuma 3 hari saja sudah kering,” tambahnya.
Untuk bahan baku, Sudiartini memanfaatkan potensi sumber daya lokal yang ada yakni dari hasil hutan di batukliang Lombok tengah. “Di sini produksi buah pala lumayan banyak jadi kita manfaatkan,” katanya.
Khusus untuk manisan pala, Sudiartini bisa mengolah 20 hingga 25 kilogram untuk satu kali produksi.”Manisan pala ini tahan sampai 3 tahun. Ini obat, karena tanpa bahan pengawet,” terangnya.
Harga satu bungkus manisan pala berkisar 10 hingga 15 ribu rupiah. Sementara untuk buah pala asli yang belum diolah di banderol dengan harga 55 ribu rupiah. Begitu juga dengan olahan pala lainnya.
Dalam berproduksi, sudiarti mengaku bukan tanpa kendala. Salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya peralatan untuk pembuatan teh celup. Ia mengaku cukup kesulitan mencari bahan baku untuk kantung teh celupnya. “Sejauh ini saya pakai peralatan manual saja,” terangnya.
Sudiarti berharap usaha olahan buah pala yang digelutinya dapat semakin dikenal masyarakat tidak hanya di NTB saja, akan tetapi hingga ke luar daerah bahkan mancanegara.”Semoga bisa lebih dikenal lagi, karena manfaat buah pala ini sangat banyak sekali untuk kesehatan,” katanya.hm