Selasa , Oktober 15 2024

Tips Hidupkan Seni Teater ala Nano Riantiarno dan Ratna

MATARAM,Literasi-Memertahankan eksisteni sebuah pagelaran seni teater bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi di era perkembangan teknologi saat ini, banyak rintangan dan kurangnya partisipasi masyarakat menjadi kendala yang menguras pikiran dan tenaga. Hal itu dirasakan oleh pendiri Teater Koma yang sudah bertahan selama 38 tahun dalam kancah panggung teater Tanah Air.

Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan, tanpa kerja keras, perjuangan dan komimen. Motivasi ini telah mengantarkan komunitas teater koma Indonesia tetap eksis di panggung seni teater dan dikenal hingga saat ini. Teater Koma adalah sebuah kelompok seni teater yang berdiri pada 1 Maret 1977 di Jakarta. Sebagai kelompok teater yang sudah cukup tua, Teater Koma memiliki reputasi yang cukup bagus di kancah perteateran Indonesia. Tercatat sudah 111 repertoar yang dimainkan, baik di layar televisi maupun di panggung konvensional.

Namun, dibalik kesuksesan yang diraih teater Koma, terdapat dua sosok tangguh sekaligus pendiri teater koma. Mereka adalah Norbertus Riantiarno (lahir di Cirebon, Jawa Barat 6 Juni 1949) atau yang akrab disapa Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno (Lahir di Manado, Sulawesi Utara, 23 April 1952).

Suka duka dan gelombang pasang surut membangun teater  Koma, diceritakan Nano didampingi istri pada workshop di teater tertutup Taman Budaya NTB, Jumat (24/8) pekan lalu.

Nano Riantiarno adalah seorang aktor, penulis, sutradara, wartawan dan tokoh teater Indonesia. Sementara Ratna adalah aktris, manajer seni pentas, aktivis teater Indonesia. Keduanya sebagai pasangan suami istri yang sama-sama berjuang mengembangkan seni pertunjukan di Indonesia.

Di hadapan puluhan komunitas teater di NTB, N. Riantiarno membeberkan berbagai tips-tips jitu bagaimana membuat sebuah pertunjukan seni teater, khususnya di NTB yang akan disukai dan cintai banyak orang.

Pertama; ide cerita yang diangkat dan pentaskan haruslah menyentuh langsung dengan kehidupan masyarakat. Dan diperoleh melalui kajian mendalam antara kelompok. Dengan demikian, masyarakat yang menyaksikan pertunjukan akan merasa seolah teater itu sesuai kenyataan yang dirasakan masyarakat bawah.

“Opera Kecoa adalah karya teater Koma, yang tetap jaya dan dipentaskan hingga saat ini. Karena itu, dalam pertunjukannya yang menceritakan kehidupan masyarakat kalangan bawah. Namun, pada masa orde baru tidak jarang opera ini dibatalkan,” kenangnya.

Kedua; Manajemen pengelola harus profesional. Menurut Nano, dalam pengelolah sebuah pertunjukan dalam menentukan siapa bertanggung jawab terhadap produksi, penanggung jawab properti, pendanaan, pencari sponsor dan lain-lain. Semua harus memiliki komitmen kuat sehingga dalam setiap pertunjukan akan berjalan sukses.

“Ini yang terus kita budayakan selama teater koma berkarir di panggung teater Indonesia” ungkapnya.

Ketiga adalah kreativitas kelompok menjadi ujung tombak setiap pertunjukan, karena itu, menurut Nano sapaan akrabnya pendiri teater koma tersebut, kreatif anggota merupakan kesuksesan sebuah pertunjukan dan kekayaan ide serta jaringan untuk mencari sponsor dan tawaran tampilan menjadi bagian suksesnya sebuah teater.

“Dalam dunia seni teater, ide dan inovasi menjadi kunci utama berhasilnya pagelaran seni teater,” ungkapnya.

Keempat yaitu hubungan antara komunitas teater dan penonton. Karena penonton merupakan faktor penting dalam setiap  pertunjukan seni panggung. Untuk itu, selama teater koma berkarya. Mereka terus membangun hubungan yang harmonis dengan penonton. Meskipun demikian, tidak sedikit juga para seniman yang memiliki sifat idealis yang penting mereka terus berkarya walaupun hanya sedikit yang menonton.

“Tapi hubungan dengan penonton menjadi bagian strategis agar karya dapat dikenang oleh orang banyak,” turur Nano Riantiarno.

Disisi lain, Sebagai seorang istri, Ratna Riantiarno sangat berperan penting dalam mendukung sang suami berkarya, meskipun harus menghadapi tekanan dari keluarga bahkan ayahnya sendiri. Selama berjuang dengan suami, Ratna melihat bahwa tips berikutnya adalah

Transparansi anggota dalam manajemen pengelolaan menjadi bagian penting yang dilakukan oleh kelompok teater koma.

“Selama ini, perjuangan komunitas teater tersebut terutaman transparansi dalam segala hal menjadi langkah tepat bagi perkembanganya,” kata Ratna menambahkan penjelasan suaminya.

Selain transparansi, Ratna juga yang merupakan bagian dari pendiri teater koma itu menjelaskan bahwa kesetiaan antar pendiri dan pemain seni teater tidak terlepas dari rasa percaya antar sesama dalam setiap tindakan maupu inovasi yang dilakukan.

Kemudian yang terakhir, menurut Ratna adalah untuk strategis promosi ke depannya harus menggunakan dan memanfaatkan perkembangan teknologi modern saat ini. Sehingga seni teater di seuruh tanah air tetap eksis seiring perkembangan zaman. Karenanya, secara rutin dan berkala karya pertunjukan seni teater harus dapat tampil minimal satu atau dua kali dalam setahu.

“Semoga kehadiran dua tokoh teater Indonesia ini dapat menjadi motivasi untuk mendongkrak perkembangan seni teater di Provinsi NTB. Kami sangat berterima kasih atas kehadiran dua tokoh teater tersebut,” sambut Kepala Taman Budaya NTB, Baiq Rahmayati.hm

Check Also

Event MEMORIA berlangsung 17 – 19 Desember 2024

Event MEMORIA akan berlangsung pada tanggal 17 – 19 Desember 2024.Pemerintah Provinsi NTB melalui Kepala …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *