MATARAM, Literasi – Sebanyak 15 peracik teh berebut gelar di kompetisi teh terbesar dunia ‘Tea Masters Cup’ yang baru pertama kali digelar di Indonesia. Kompetisi yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta itu dibuat untuk menemukan master teh terampil yang mampu menghasilkan minuman teh terbaik.
Ada tiga kategori yang diperlombakan, yakni mempersiapkan teh (tea preparation), mencocokkan teh (tea pairing) dengan makanan, serta tea mixology di mana peserta meracik teh dengan minuman lain.
Para peserta dinilai berdasarkan teknik menyeduh, pengetahuan tentang teh, presentasi teh, juga bagaimana aroma dan rasa dari teh racikannya. Untuk mencocokkan teh, keseimbangan rasa jadi faktor utama penilaian.
“Ketika kita menyesap teh dan menyantap makanan pendampingnya, rasa di mulut harus seimbang,” ujar Sharyn Jonston, kepala juri Tea Masters Cup dari Australia dalam siaran tertulisnya yang diterima wartawan, Rabu (31/7).
Sementara itu, pakar teh Indonesia Oza Sudewo yang menjadi salah satu juri kompetisi menjelaskan teh yang digunakan di kompetisi ini adalah teh premium (specialty tea). “Kami ingin memperkenalkan specialty tea yang sedang naik daun, juga memperkenalkan teh Indonesia ke internasional,” kata dia, kemarin.
Dia berharap kompetisi ini bisa membantu mempopulerkan budaya minum teh di Indonesia sama seperti kopi yang belakangan semakin naik daun di kalangan anak muda.
Tea Masters Cup Indonesia 2019, mengumumkan Othniel Giovanni menjadi pemenang dalam dua kategori, yakni Tea Preparation dan Tea Pairing, sementara Cakra Virajati jadi pemenang untuk kategori Tea Mixology.
Mixologist teh Lombok, Cakra Virajati mengaku berkomitmen, memperkenalkan budaya Indonesia dalam penampilannya. “Dalam presentasi kemarin, saya sekaligus memperkenalkan dua budaya Indonesia, yakni Jawa Tengah dan Lombok. Saya menggunakan baju adat Surakarta dan juga membawa replika patung gendang beleq serta rumah adat lumbung sebagai hiasan di meja bar. Selain itu wadah teh yang saya gunakan juga dari cukli mutiara khas Lombok,”ujar Cakra saat dikonfirmasi melalui telpon selulernya, Rabu (31/7) kemarin.
Menurutnya, para penonton sangat antusias dengan presentasi yang dibawakan karena selain meracik teh, ia juga menceritakan tentang kebudayaan dan pariwisata di Indonesia. Cakra juga meracik minuman teh yang dipadukan dengan minuman khas Indonesia jamu beras kencur.
“Saya membuat mixology teh dengan nama Pitutur Ibu yang terinspirasi dari jamu beras kencur sebagai minuman khas Indonesia tanpa menghilangkan rasa dari teh itu sendiri. Saya menggunakan bahan dasar green tea dari Pekalongan,” ungkap pria yang juga owner Kedai Teh Dialog ini.
Dua pemenang kompetisi Tea Masters Cup Indonesia 2019 yang digelar pada 24-25 Juli 2019 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, akan diterbangkan menuju Tea Masters Cup International yang diselenggarakan akhir tahun ini. “Mohon support dan doanya untuk membawa nama Indonesia, khususnya Lombok di ajang Tea Masters Cup International,” tandasnya.
Tea Masters Cup telah diselenggarakan sejak 2013 di lebih dari 20 negara di dunia di antaranya Latvia, Vietnam, China, Korea Selatan, dan Turki. RUL.