Senin , Oktober 14 2024

NTB Minta Garuda Bantu Pemulihan Pariwisata

MATARAM, Literasi – Kebijakan managemen PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang akan menutup sejumlah rute penerbangan ke area terpencil dan wilayah di Indonesia salah satunya NTB, menuai reaksi Pemprov NTB.           Melalui Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal, Pemprov berharap Garuda Indonesia membatalkan kebijakannya tersebut.

Pasalnya, pascabencana gempa bumi yang melanda Wilayah NTB, frekwensi penerbangan Garuda ke Lombok sudah ada pengurangan dari empat penerbangan menjadi hanya tiga.

          Tak hanya itu, anak perusahaan Garuda, maskapai Citilink juga telah mengurangi penerbangannya. dari tiga menjadi hanya dua penerbangan. “Pantauan kami, hanya Lion Air Group, yang tidak mengurangi frekuensi penerbangan ke Lombok.  Jika Garuda benar-benar melakukan evaluasi, maka pemulihan pariwisata NTB bakal terganggu,” ujar Faozal menjawab wartawan, Minggu (26/5).

          Menurut dia, saat ini jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Lombok berangsur-angsur normal. Oleh karena itu, jika ada perusahaan penerbangan yang mulai melakukan pengurangan frekwensi penerbangan, dipastikan akan menghambat percepatan pemulihan sektor pariwisata Lombok.

“Memang, rencana pengurangan frekwensi penerbangan Garuda tidak hanya terjadi pada Lombok, melainkan juga daerah lain. Sampai sekarang, saya tidak tahu detail apa alasannya, karena itu masalah internal Garuda,” jelas Faozal.

          Jika pengurangan frekwensi penerbangan jadi diterapkan oleh Garuda, pihaknya menghendaki pemerintah pusat melalui Kementrian Perhubungan agar dapat memberikan izin operasional kepada AirAsia untuk rute Jakarta-Lombok. “Karena Air Asia sudah minta sebelumnya untuk mengisi slot Jakarta-BIL. Jadi, kami dorong pemerintah segera mengeluarkan izin operasional (AirAsia) Jakarta-Lombok untuk mengganti maskapai Garuda,” tegas Faozal.

          Ia menambahkan, kehadiran penerbangan AirAsia ke Lombok akan mendorong percepatan pemulihan sektor pariwisata Lombok.

          Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Ashkara menjelaskan jika biaya penerbangan sudah amat mahal.  Itu menyusul, kebijakan pemerintah yang meminta maskapai menurunkan tarif batas atas (TBA) harga tiket pesawat sebesar 15% memperparah derita. Akibatnya, Garuda Indonesia memutuskan menutup sejumlah rute penerbangan ke area terpencil juga penerbangan ke beberapa negara.

          “Memang dampaknya kita tidak bisa lagi terbang ke daerah-daerah remote (terpencil). Terus terang kita diprotes juga sama [Bupati] Belitung. [Kerugiannya] US$ 1,3 juta (Rp 18,2 miliar) per 6 bulan. Jadi kita tidak bisa lagi mensubsidi dari jalur-jalur gemuk seperti Surabaya, Denpasar, Yogyakarta ke daerah-daerah yang di ujung,” kata Ari dalam siaran tertulisnya yang diterima wartawan, kemarin.

          Selain Belitung, Garuda Indonesia juga mengurangi penerbangan ke Pulau Morotai, Maumere dan Bima. Ari mengaku, telah memaparkan rencana pengurangai penerbangan itu pada Rapat Kerja Komisi VI DPR RI, Selasa (21/5) lalu.

          Menurutnya, bahan bakar di daerah tersebut juga jauh lebih mahal dibanding daerah lain. Harga bisa 80% di atas harga bahan bakar biasanya. Selain itu, jam operasinya pun terbatas pukul 15.00-16.00 saja. Dengan kondisi itu, maskapai harus kembali menghitung biaya yang dikeluarkan. Bila sudah malam maka kru juga harus menginap dan mengeluarkan biaya lagi.

          “Jadi sungguh tidak menguntungkan harga diturunkan, kita tidak bisa beroperasi di tempat tertentu. Kecuali kita diberi penugasan ya kita siap,” tandas Ari Ashkara. RUL.

Check Also

Polres Loteng Sosialisasi Operasi Zebra Rinjani 2024 di Kalangan Pelajar

Satuan Lalu-lintas Polres Lombok Tengah melaksanakan sosialisasi tata tertib berlalu lintas dalam rangka Operasi Zebra …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *