Bagian 1
Inak Amakku, semeton jari ku pada
Endekna arak ita gen kekel lek Dunia
Dakakta Sugi, dakakta bangsa Mulia
Endekna arak guna mun endekna arak Agama
Pacu gamakna ngaji Sembahyang Puasa
Mudahan gamak tapada tama Sorga….
Pacu gamakna ngaji Sembahyang Puasa
Mudahan gamak tapada tama Sorga
(Lagu/Syair : TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Majid)
Bait Nasyid Sasak pesan Agama karya Ulama’ besar Lombok Al-Magfurullah Bapak Maulanassyeikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid itu diperdengarkan oleh kelompok remaja di sebuah desa lewat alat musik kreatif tradisional dari bamboo. Hal itu biasa diperdengarkan untuk membangunkan orang untuk makan Sahur pada setiap bulan Ramadlan.
Tong-tong, namanya Enak didengar, tak kalah dengan kemasan musik para musisi. Awal mula Tong-tong ini bernama Tongkek yang diperkenalkan pertama kali olehramaja Desa Pancor (decade tahun 70 an sudah dimainkan)dalam membangunkan orang untuk shalat Subuh. Di masa lampau, alat modern seperti pengeras suara belum ada. Oleh masyarakat di lingkungan Desa Pancor (termasuk tidak jauh dari lingkungan Madrasah NW Pancor) kemudian memperdengarkan Tongkek ini.
Waktu itu, antara remaja Gubuk Baret (Lauk Masjid) dengan Gubuk Bermi Desa Pancor bersama-sama membangunkan orang untuk masing-masing laingkungan sekitarnya. Kelompok ini bertemu dan berakhir di Jalan Raya (tengah) jalur kendaraan menuju ke Selong, mereka bubar dan pulang sebelum menjelang waktu Subuh tiba untuk kemudian melaksanakan kewajiban shalat Subuh di masjid maupun pesantren.
Kegiatan tersebut kemudian berkembang, tidak saja pada saat jelang waktu Subuh, melainkan aktif juga membangunkan orang untuk bangun makan sahur selama bulan Ramadhan. Demikianlah sampai hadirnya loudspeaker, secara perlahan kegiatan Tongkek dalam rangka membangunkan orang untuk shalat Subuh digantikan dengan azan loudspeaker. Setelah merata ada alat pengeras suara tersebut di setiap tempat sarana Ibadah, dengan sendirinya kegiatan kelompok Tongkek inipun tak aktif lagi.
Namun, tak serta merta karya tradisional religi ini hilang sama sekali larut ditelan zaman. Di zaman modern ini Tongkek muncul dengan nama Tong-Tong (tidak saja di Desa Pancor tetapi juga di tempat lain ) di beberapa tempat seperti di Desa Aikmel, Toya, Apitaik dan lainnya khusus selama bulan Ramadhan, membangunkan orang untuk makan sahur. Setelah diperdengarkan Bang pertama (bang bedodok : sasak) dan terdengar suara marbot (lewat loudspeaker membangunkan orang untuk Sahur) serta dilanjutkan dengan pembacaan ayat Suci Al-Qur’an, kelompok bubar untuk makan sahur dan setelah itu pergi shalat berjama’ah.
Tongkek/Tong-Tong kini menjadi barang langka dan sebagai bukti sejarah yang telah ikut mengambil peran dalam syiar Islam di masa lampau. Esensinya sebagai budaya tradisional religi akan tetap eksis khususnya di Lombok Timur. kusmiardi