Selasa , November 12 2024

Wisata Petik Buah di Barejulat Loteng

Petik buah asyiknya

Loteng, Literasi-Udara sangat sejuk ketika memasuki sebuah areal perkebunan di Dusun Lingkuq, Desa Barejulat, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah, Rabu (17/4). Usai pencoblosan pada Pemilu 2019, cukup membuat kepenatan pesta demokrasi itu sedikit reda.

Padahal, areal tujuan itu hanya sekira 1,2 haktar, milik Usman. Namun, di sana terdapat beragam pepohonan seperti jeruk, sawo, jambu kristal, padi dan papaya. Tidak jauh dari areal tersebut terdapat kandang ayam dan kolam ikan. Apa yang ada di sana bernilai ekonomi tinggi.

Dalam sebulan selalu saja ada pengunjung yang datang, walau tidak ada promosi khusus baik berupa spanduk maupun pemberitahuan lain terkait wisata agro. “Semuanya dari mulut ke mulut. Mereka datang dari daerah di Jawa,” ujar Usman.

Karena informasi dari mulut ke mulut pulalah Nurwahida bersama ibu-ibu yang lain meluncur dari Mataram ke sana sekira 1 jam perjalanan. Maklum, wisata seperti pantai, sudah biasa dinikmati. Mereka ingin hal yang lain berupa kebun dimana mereka bsa memetik buah sekaligus membelinya.

Mungkn bukan musimnya ketika Usman mengatakan bahwa jeruknya baru bisa dipetik sebulan kemudian.  Namun ketika Nurwahida mencoba mencicipi buah jeruk yang masih di atas pohon yang walaupun masih berwarna hijau, terasa sudah manis.

“Tidak masalah, Pak. Biar kita beli yang begini,” cetus Nurwahida. Walau belum usia panen, jeruk di perkebunan Usman sudah terasa manis, apalagi jika dijus. Karena itulah Usman kemudian berkelilng mencari jeruk yang sudah bisa dipetik hingga akhirnya berhasil memeik di atas 10 kg.

Buah lain yang juga tersedia seperti jambu kristal pun siap dipetik, apalagi papaya yang sudah nampak ranum walau masih mangkel. Dari perkebunan itu, ibu-ibu memboyong puluhan kilogram dan menghabiskan duit hingga Rp 300.000.

Harga per kg jeruk sendiri dipatok Rp 15.000 per kg. Demikian halnya dengan jambu kristal. Sedangkan pepaya berukuran tanggung dijual bijian seharga Rp 60.000. Selain yang berbayar, pengunjung bisa memetik buah yang dianggap Usman sudah rusak. Hanya saja rasanya masih cukup manis dan kondisi yang dianggap rusak itu sering diperjualbelikan di pasar.

Usman mengaku sudah membuka perkebunan itu sejak 15 tahun lalu. Bibit jeruk didatangan dari Jawa, sedangkan papaya dari Lombok Timur. Selama ini, hampir jarang Usman menjualnya ke pasar karena orang-orang yang berdatangan langsung ke perkebunannya.

Selain dari hasil kebun, Usman bisa memetik hasil dari kolam ikan yang berisi ikan gurami yang dihargai Rp 45.000-Rp 60.000 per kg. Sedangkan dari ayam petelur Usman menjualnya Rp 38.000-Rp 40.000 per tray tergantung ukuran telurnya.

Nah, dari kesibukan mengelola kebu dan peternakan itulah Usman bisa menghidupi keluarganya. Hampir sulit dijumpai Usman beranjak dari areal itu mengingat orang-orang senantiasa datang mencarinya tanpa harus buang-buang waktu menjajakanya di pasar.

Tidak banyak dijumpai kebun serupa sebagaimana dimiliki Usman. Padahal, potensi ekonomi yang bisa diperoleh bisa mencukupi kehidupan keluarganya. Usman sendiri tidak pernah membayangkan bahwa perkebunannya setenar itu. Bahkan karena tidak pernah membayangkan, sang istri dibiarkan menjadi TKW.

Sayangnya, sang istri meninggal dunia persis ketika sang anak berusia 4 bulan. Karena itulah Usman hidup bersama seorang anaknya. Dengan areal seluas itu, apalagi tidak ada yang dipekerjakan di sana, ia merasa kewalahan.

Satu persoalan yang nampak adalah  kurangna penataan seperti areal parker yang mendukung serta tempat istirahat untuk para pengunjung. Aroma kotoran ayam masih terasa menusuk sebelum menembus areal perkebunan.  Namun, apa yang ada saja sudah banyak mendatangkan hasi baginya.

Melihat keberhasilan yang ditunjukkan Usman, salah seorang warga Loteng, Zulyadaen, mengaku terinspirasi mengembangkan areal miliknya seluas 2 hektar. Selama ini tanahnya itu menganggur walau sudah ada sumur bor di sana. ian

Petik Buah di Barejulat Loteng

Check Also

Jadi Destinasi Favorit, Bank hingga Dagang Kangkung Sedot Pengunjung di CFD Udayana

Semarak hari Minggu nampak di Car Free Day (CFD) Udayana KotaMataram. Sejak subuh, suasana kehidupan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *