Pengantar
Wing Sentot Irawan lahir di Magelang, 8 agustus 1965. SD-SMP kelas dua sekolah di SD Negeri Magersari Magelang – SMP sampai kelas 2 di SMP Pendowo-Magelang. Pindah – hijrah ke SMP 2 Mataram. Menyelesaikan SMA di SMA I Mataram dan melanjutkan ke UNRAM (Universitas Mataram) mengambil jurusan D2 Bahasa dan Sastra. Mendapat ikatan dinas dan mengajar di SMP Bagik Payung Lombok Timur, kemudian di SMP 6 Tanjung Teros Lombok Timur. Setelah mengajar selama kurang lebih 7 tahun, ia memutuskan berhenti menjadi PNS dengan golongan terakhir IIB.
Namun, pengunduran dirinya sebagai PNS tak membuatnya galau. Selalu ada kreasi. Pasalnya, sejak SMA kelas 3, Wing Sentot Irawan sudah mengenal teater yang melatihnya banyak hal tentang kehidupan.
Dalam dunia teater itu sendiri Wing Sentot bergabung bersama komunitas ‘BENGKEL AKTOR MATARAM’, pimpinan Kongso Sukoco. Mementaskan banyak naskah teater baik tradisional maupun naskah modern dan beberapa kali diutus ke perhelatan akbar festival antar Taman Budaya se-Indonesia, baik di Jakarta, Jogja maupun Bandung.
Naskah-naskah yang pernah dipentaskan antara lain: BYAR karya Putu Wijaya (naskah modern), Mandalika (naskah tradisional Lombok) garapan Max Arifin (almarhum). Dokter Gandungan karya Mollier, Rampok karya Sciller, Salah Paham Naskah Samuel Becket garapan Epol Sapturi. Bocor naskah Wing Sentot Irawan – sebuah naskah garapan sutradara Wing Sentot Irawan. Opera Kecoa (naskah modern) – Sutradara Kongso Sukoco.
Pada tahun 2000, membentuk komunitas Musikalisasi Puisi menggarap beberapa Reportoar sendiri diantaranya; BALON EMAS, PENTAS DEWEK, NYANYIAN PRENJAK, GAIB, DARI TITIK NOL, TELUR SETENGAH MATANG, BOLA LANGITAN, REPORTOAR SEMBILAN – SEMBILAN dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pada tahun 2008 dari obrolan seorang sahabat seniman yang hendak bersepeda onthel menuju Bandung. Wing Sentot berseloroh, “Kenapa ngonthel hanya sampai Bandung kenapa tidak ke Aceh sekalian”.
Ia berseloroh karena kagum pada tekad dan kesanggupannya. Rupanya seloroh itu justru memicu kesadarannya sendiri dan menuntunnya untuk mewujudkannya. Sebagai seniman teater dan musik, komunitas musikalisasi yang didirikannya tahun 2000 yaitu Komunitas Musikalisasi Habitat Capung Mataram, ia mendapat kesempatan membuat pertunjukkan musikalisasi puisi Reportoar Balon Emas. Dari duit hasil kegiatan itu, sebagian diperuntukkan membeli sepeda bekas di loakan mewujudkan cita-cita bersepeda ke Aceh. Inilah awal Wing Sentot Irawan menunggangi sepeda keliling Asia. Lantas apa yang diperolehnya? Berikut catatan perjalanannya yang ditulis secara bersambung.