MATARAM,Literasi-Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, Dr.Halus Mandala, mengaku ingin dekat dengan para pelaku pariwisata “Kami merasa ada panggilan jiwa untuk bersama-sama membangun pariwisata NTB. Membangun hubungan yang saling memberi manfaat. Bapak-bapak punya potensi kami pun punya, mari kita sharing,” katanya pada Gathering Kepariwisataan Kepala Dinas Pariwisata se NTB dan dosen STP Mataram, Kamis (31/1). Hadir Kadis Pariwisata Lobar, Ispan Junaedi, selaku narasumber selain sejumlah Kepala Dinas Pariwisata kabupaten/kota di NTB.
Halus memaparka STP Mataram memiliki 4 doktor pariwisata dan 8 calon doktor bidang yang sama. Jumlah akademisi ini cukup jika mau memanfaatkan potensi yang ada. Namun, Halus menilai pemerintah belum memanfaatkan potensi itu. “Kami kesulitan dalam soal komunikasi, misalnya menghubungi kepala dinas,” ujarnya mengungkap kesulitan itu.
Ia menceritakan berdirinya STP yang sejak tahun 1996 membuka Akpar Mataram hingga 2017 dengan program D3 Perjalanan Wisata, Perhotelan, dan program D1. “Kini ada S1 Pariwisata dan jalur vokasi. Beda jalur akademik dan jalur vokasi. Di Indonesia yang ada melalui jalur vokasi,” katanya. Dengan jalur ni setiap mahasiswa memiliki satu kompetensi. “Kami memandang jalur vokasi penting tetapi akan lebih penting jika tidak hanya menguasai satu jalur saja,” lanjutnya.
Sebagaimana permintaan dari Jepang, satu mahasiswa diharapkan memiliki dua atau lebih kompetnsi, karena sewaku-waktu akan ditempatkan di tempat yang berbeda. Karena itulah, setidaknya STP menyediakan 4 kompetensi.
“Itulah bedanya dengan tempat lain. Soal skill, saya selalu berkomunikasi dengan industri, skill itu cukup 3 bulan bekerja. Kalau SOP sudah tentu pasti dikerjakan. Yang penting attitude, sikap selain language,” katanya.
Di hadapan pejabat Dinas Pariwisata se NTB Halus mengemukakan STP menyediakan 60 persen teori dan 40 persen praktek. Terkait mengapa S1 pariwisata penting, kata dia, karena di Indonesia belum ada lembaga yang menyediakan perencana dan marketing pariwisata, padahal semua daerah ingin membuka peluang pariwisata. Bahkan, pihaknya menyediakan konsultan dan peneliti pariwisata.
Ia menilai kini guru pariwisata di SMK sangat kurang bahkan hampir tidak ada. Karena itulah pihaknya menyediakan tenaga-tenaga pariwisata.
Lantas bagaimana dengan keberadaan mahasiswa? Kata Halus, STP menyediakan beasiswa prolimas (program peduli masyarakat) dengan catatan yang bersangkutan kurang mampu namun memiliki kemampuan akademis. Bebas SPP diberlakukan selama setahun tidak lepas dari fungsi control terhadap mahasiswa bersangkutan.“Beasiswa diberikan setahun karena kalau lebih dari itu sering tidak berprestasi lagi,” katanya.
Selain itu ada beasiswa Bina Lingkungan dan Bidikmisi. Bagi Halus, beasiswa yang penting adalah Prolimas karena banyak mahasiswa yang ingin bekerja. Sekira 30 persen kondisi mahasiswa DO karena bekerja. Karena itu bagi yang kurang mampu dan ingin kuliah pihaknya menggunakan program kerjasama dengan bapak asuh.
Upaya STP Mataram tidak sebatas mendidik mahasiswa secara akademis, melainkan juga mencoba mencarikan jalan keluar klepada mereka. Sebutlah banyak hotel ditengah kemajuan kehilangan karyawan karena eksodur. Solusinya, kata Halus, jika memiliki dana lebih akan dicarikan mahasiswa yang berpotensi bagus namun dibiayai yang diikat dengan perjanjian.
“Kami memberikan solusi supaya industri tidak merasa was-was,” kata Halus seraya menambahkan hal terpenting adalah STP Mataram hadir untuk masyarakat. ian