MATARAM, Literasi – Geliat pertumbuhan pariwisata Lombok pasca terjadinya bencana gempa bumi beruntun pada pertengahan tahun 2018 lalu, hingga kini, terpantau masih terseok-seok dan belum mengalami kemajuan yang signifikan. Bahkan, di salah satu distinasi unggulan pariwisata di Pulau Lombok, yakni Tiga Gili (Gili Trawangan, Meno dan Gili Air) di KLU, belum terjadi lonjakan kujungan kedatangan wisatawan.
General Manager Marc Hotel Gili Trawangan, Donik Widodo, membenarkan kondisi pariwisata di Gili Trawangan saat ini belum benar-benar pulih jika melihat dari tingkat kunjungan wisatawan yang datang.
Menurut dia, umumnya para pelaku wisata di Gili Trawangan memahami periode Januari hingga Maret memang sebagai masa-masa sepi kunjungan wisatawan atau low season. Namun, biasanya tingkat kunjungan tetap terjaga dan tidak seperti yang terjadi pada saat ini.
“Memang, saat Januari hingga Maret, biasanya trend wisata di Gili Trawangan memang rendah, tapi tidak seperti sekarang, biasanya meski sedang low season, masih tetap agak bagus,” ujar Donik di Warung Serena, Kota Mataram, Selasa (22/1).
Donik menyebutkan, jumlah keterisian penumpang kapal cepat dari Bali ke Gili Trawangan saat ini mengalami penurunan. Sebagai contoh, satu kapal cepat dengan kapasitas 180 penumpang hanya diisi sekira 30 penumpang hingga 40 penumpang.
“Misalnya ada 10 kapal cepat dalam sehari berarti hanya ada 400 wisatawan, pergerakan (peningkatan) wisatawan belum kelihatan,” ucapnya.
Dikatakan Donik, angka sebanyak 400 orang penumpang, masih relatif jauh dari tingkat wisatawan pada saat normal yang mencapai ribuan penumpang dalam sehari ke Gili Trawangan. “Kalau normal yang datang ribuan, saat high season bisatembus sebanyak 5 ribu sampai 7 ribu orang, sekarang paling hanya 500 sampai 600orang wisatawan,” kata dia.
Donik menuturkan, terdapat beberapa hal yang membuat sektor pariwisata belum maksimal, mulai dari low season, kekhawatiran calon wisatawan terhadap kondisi Lombok terkait isu gempa, tingginya harga tiket pesawat, hingga musim hujan.
“Memang pada Januari sampai Maret terjadi low season, sekarang ditambah dengan kondisi masih ada isu gempa sehingga orang belum yakin, harga tiket (pesawat) juga mahal,” tegasnya.
Donik mengakui rata-rata wisatawan mancanegara yang berlibur ke Gili Trawangan kurang menyukai datang ke Gili Trawangan saat musim hujan seperti yang terjadi saat ini. “Kalau tamu di Gili Trawangan rata-rata tidak begitu senang musim hujan, lebih suka saat musim panas,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Donik berharap pergerakan kunjungan wisatawan ke Lombok dapat kembali terangkat pascamasa low season pada April mendatang. Iklim kontestasi politik Tanah Air tetap terjaga kondusivitasnya agar tidak menimbulkan kecemasan bagi wisatawan yang hendak berlibur.
“Biasanya mulai pergerakan (kunjungan) itu mulai April dan seterusnya, kita berharap Pilpres nanti baik-baik saja, kalau tidak damai nanti low season-nya berlanjut,” tandas Donik Widodo. fahrul