TANJUNG, Literasi-Kegelisahan akan perkembangan pariwisata di NTB umumnya dan KLU khususnya pasca gempa membuat pimpinan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram menyambangi kabupaten yang kaya dengan potensi wisatanya itu. Rombongan yang dipimpin Ketua STP Mataram, Dr.Halus Mandala, diterima Bupati KLU, Dr.H.Najmul Akhyar, di ruang kerjanya, Kamis (17/1).
Kedatangan rombongan STP Mataram bukan tanpa alasan. Pasalnya, sejak dua tahun lalu pihaknya telah melakukan binaan di sejumlah desa terkait dengan desa wisata. Terdapat 5 desa yang menjadi prioritas dampingan STP Mataram dari 16 desa yan disasar, diantaranya Desa Gumantar yang terkenal kental denga adat istiadatnya.
“Setelah 2 tahun berjalan ada problem akibat gempa. Menghadapi hal ini, kami memandang perlu lebih giat dan tak patah semangat,” ujar Halus Mandala ketika diterima Bupati KLU.
Namun, kehadiran para personil STP Mataram sendiri pada dua tahun lalu dalam melakukan pembinaan di sejumlah desa dinilainya berjalan gamang dan tanpa payung hukum.
“Selama ini jalan lepas. Ingin ada MoU agar ada payung hukum dalam melakukan pengembangan pariwisata. Inginnya kerjasama selama 5 tahun,” ujar Halus terkait maksudnya.
Bupati KLU menyambut baik niat baik yang ingin dijalankan STP Mataram. Najmul Akhyar mengakui KLU membutuhkan konsep desa wisata yang terintegasi. “Komperehensif, semua menjadi satu,” kata Najmul seraya menyetujui jika ada kesepakatan terkait dengan pariwisata.
Dalam soal kerjasama dengan pihak lain, Pemkab KLU sendiri sudah menjalin beberapa kerjasama dengan pihak luar seperti penanggulangan kemiskinan, termasuk dengan sejumlah perguruan tinggi luar negeri dalam mengatasi kebutuhan listrik masyarakat di lahan pertanian Desa Santong agar petani lebih produktif menjadi petani hortikultura.
Dampak dari kerjasama itu, sayur mayur di Desa Santong sudah memenuhi standar hotel.
“Kini petani sayur kewalahan memenuhi kebutuhan sayur di hotel. Salah satu hotel d Bayan, anak sekolah malah sibuk berbisnis dengan pihak hotel dengan penghasilan yang luar biasa,” ujar Najmul Akhyar.
Najmul mengakui pihaknya meniru model New Zealand dimana para petani datang membawa sayur, pemilik hotel diundang bertransaksi sehingga suasana yang terbangun sangat bagus. Dari transaksi tersebut nampak pariwisata menjadi pasar bagi berbagai sektor kehidupan. Karena itu pula pihaknya menyuport pembentukan sejumlah BUMDes Mart yang dipersyaratkan menampung 10 persen produk lokal.
Bupati menegaskan dampak pariwisata bagi perekonomian masyarakat desa sangat kentara. Ketika BUMDes Mart di Gili Trawangan melakukan MoU dengan sejumlah hotel, pihak BUMDes malah kewalahan dengan banyaknya pesanan. Padahal kerjasama hanya dilakukan untuk pengadaan tisu. Namun hotel yang memesan tentu sangat banyak.
“Kami kembangkan BUMDes Mart dengan manajemen berstandar. Mereka dilatih dan wajib sediakan 10 persen bahan lokal,” ujarnya.
Hal lain menyangkut keberadaan para nelayan. Ikan di satu kampung seperti di Krakas bisa terhimpun 1-6 ton sehari. Kalau dibawa ke Mataram, kata dia, akan hilang kesegaranya. Makanya Malaysia akan menyiapkan coldstorage untuk menjaga kesegaran ikan tersebut sebelum dikirim ke konsumen dari berbagai wilayah.
Najmul meyakini jika manajemen pemasaran sudah terbangun bagus, hasil pertanian maupuntangkapan para nelayan tidak akan sulit dipasarkan. Karen itu ia mengapresiasi kerjasama dengan berbagai pihak dalam menjalankan sektor pariwisata. ian