MATARAM, Literasi –Pasca-rentetan gempa bumi yang mengguncang kawasan Lombok pada akhir Juli dan Agustus 2018 lalu, pendakian ke Gunung Rinjani ditutup total. Penutupan masih terjadi bahkan setahun kedepan.
Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalilah mengatakan, semua pihak terkait agar serius dan fokus mencari formula terbaik untuk mengatasi ekosistem di kawasan gunung tertinggi di NTB tersebut.
“Penataan kawasan Gunung Rinjani ini, tidak boleh dilakukan setengah-setengah, tapi harus dicari formula terbaik oleh semua pihak yang berkepentingan didalamnya,” ujar Rohmi usai menerima audiensi pengurus Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) dan Dirjen Konservasi SDA dan Ekosistem Kementerian LHK di ruang kerjanya, Selasa (15/1).
Wagub meminta upaya penanganan pariwisata di kawasan Gunung Rinjani, termasuk bagaimana penangkaran rusa sebagai hewan endemik Rinjani oleh warga masyarakat setempat harus diselaraskan antara BTNGR dengan pihak Universitas Mataram (Unram).
Menurut Rohmi, seluruh stakeholder terkait harus mampu menjaga komunikasi yang baik, mampu duduk bersama dan menghasilkan solusi. Sebab, identifikasi terkait berbagai persoalan antar stake holder perlu dilakukan. Sebab, pemprov NTB siap menyuport dan menindak lanjuti apapun persoalan yang dihasilnya sesuai regulasi yang berlaku.
“Jika masing-masing pihak bisa melakukan hal itu, maka alternatif pemecahan untuk menata kawasan Gunung Rinjani akan bisa dilakukan dengan cepat. Termasuk, pelibatan para bupati di lingkar Gunung Rinjani juga perlu diajak bersama-sama mengatasi masalah disana,” tegas Wagub.
Ia meminta, agar penataan Gunung Rinjani agar bisa dimasukkan konsep wisata halal. “Bila perlu, segala miras, moralitas, walau tidak semuanya benar, namun perlu kita manage dan mulai berpikir untuk menjadikan Rinjani punya ciri khas tersendiri dan punya keistimewaan ketika mendaki, ” ucap Rohmi.